Senin, 20 Desember 2010

Mulyono : Cetak Ratusan Ijazah “Paket”


Mengelola Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) menjadi bagian dari upayanya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Apalagi, hingga kini masih banyak anak-anak yang putus sekolah, karena terbentur biaya. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Itulah yang membuat Mulyono (58) bertekat semampunya mengelola PKBM Kasih Ibu Wijaya Kusuma di RT 14 Kelurahan Payo Silincah, Kecamatan Jambi Timur. Membuka sentra belajar di luar sekolah dan telah mencetak ratusan ijazah mulai dari ijazah paket A, paket B dan Paket C.

Mengajar anak-anak yang putus sekolah tentunya jauh berbeda dengan mengajar anak yang di didik di sekolah yang belajar setiap hari. Karena daya tangkap dari siswa PKBM tidak sama dengan daya tangkap siswa. Ini lebih disebabkan karena rata-rata usia mereka sebagian besar dewasa yang bukan hanya memikirkan pelajaran tapi lebih memikirkan keluarga dan masalah perekonomian.

Untuk mengelola sebuah sanggar belajar mengajar dibutuhkan kesabaran. Bagaimana pola mengajar yang diterapkan, dan apa suka duka mengelola PKBM. Berikut bincang-bincang Media Jambi dengan Mulyono pengelola salah satu PKBM di Kota Jambi sejak tahun 2001, beberapa waktu lalu.

Mengapa anda tertarik membuka PKBM ?
Sebelumnya saya melihat di lingkungan ini banyak sekali anak-anak yang hanya bermain ketika jam sekolah. Lantas saya tanya mengapa tidak sekolah, mereka mengaku ingin sekolah tapi orang tua tidak memiliki biaya. Karena itulah saya bertekad ikut membantu mereka sekaligus mencerdaskan anak-anak sebagai aset masa depan bangsa.
Lalu apa yang anda lakukan?
(terdiam sejenak…) Melihat kenyataan itu, esok harinya saya mendatangi Dinas Pendidikan Kota Jambi dan mengajukan permohonan membuka PKBM ditempat ini. Dengan dasar banyak anak-anak yang putus sekolah karena terbentur biaya. Dan setelah persyaratan diajukan permohonan diterima. Kebetulan ada sebuah ruangan yang dulu saya jadikan tempat melukis ya saya jadikan sebuah kelas.

Berapa iuran setiap siswa yang belajar?
Bagi peserta paket A (setingkat SD) dan paket B (setingkat SMP) gratis sedangkan peserta paket C dikenakan iuran Rp 15.000/bulan. Uang tersebut digunakan untuk membayar honor tutor yang mengajar tiga kali dalam seminggu selama satu tahun. Setelah belajar satu tahun ada ujian yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan guna memperoleh ijazah. Dan ijazah paket ini bisa digunakan untuk mencari kerja, atau melanjutkan pendidikan. Sanggar ini juga pernah dijadikan percontohan PKBM di Kota Jambi tahun 2006 lalu.

Sejak berdiri hingga saat ini sudah berapa banyak anak didik yang tamat?
Wah… cukup banyak. (sambil membuka buku agenda) dia mengatakan sudah ada 300 siswa yang tamat. Dan ada sebagian dari mereka yang melanjutkan keperguruan tinggi. Dari ratusan yang tamat itu ada juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai perusahaan. Proses belajar mengajar dilakukan pada malam hari sehingga tidak mengganggu aktivitas kerja disiang hari. Saat ini saja ada 80 orang yang sedang mengikuti proses belajar mengajar.

Siapa saja yang belajar di PKBM?
Yang belajar di PKBM umumnya mereka yang putus sekolah karena terbentur biaya. Sebagai syarat masuk yakni mereka harus memiliki rapor minimal kelas IV untuk paket A, kelas II untuk paket B dan C. Ada juga mereka yang tidak lulus UN karena malu dengan teman-teman.

Selain membuka PKBM untuk anak putus sekolah apalagi kegiatan?
Ditempat ini ada taman bacaan masyarakat (TBM) yang merupakan perpustakaan kecil. Ada aneka jenis buku-buku mulai dari informasi tentang sekolah peluang usaha, majalah dan lain-lain. Jadi masyarakat bisa menambah ilmu pengetahuan. Bahkan, sentra belajar miliknya sering mendapat kunjungan mendadak dari berbagai PKBM yang ada dari daerah lain.

Bagaimana suka dukanya
Namanya juga mengajar orang yang sudah dewasa tentu banyak suka-dukanya. Seperti untuk menangkap pelajaran agak sulit, siswa jarang masuk, karena kesibukan. Perlu berulang-ulang untuk menjelaskannya. Jadi seorang tutor harus sabar menghadapinya. Sedangkan modul yang diajarkan sesuai dengan kurikulum dari Diknas.

Apa harapan anda ke depan?
Selain membuka sentra belajar bagi warga yang putus sekolah juga membina anak-anak usia dini (PAUD). PAUD di bawah binaan saya tahun lalu berhasil menjadi juara tingkat provinsi pada perlombaan melukis. (mas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar