Selasa, 27 Juli 2010

Sewindu Usia Kami ...


DULU, delapan tahun yang lalu, tepatnya 29 Juli 2002 Koran Media Jambi untuk pertama kalinya hadir di hadapan pembaca. Dengan head lines berjudul, Beras Impor Membanjiri Jambi, respon positif, negatif, pujian, juga ejekan bahkan nada-nada spekulatif kami terima. “Setahun bertahan juga bagus,” begitu seorang teman menyampaikan prediksinya tentang koran ini. Bagi saya, prediksi sobat saya itu, merupakan sebuah tantangan, karena saya yakin, dia tidak bermaksud mengejek, namun prediksinya berdasarkan kondisi riel persuratkabaran Jambi saat itu. Banyak koran mingguan yang hadir, lalu mati suri. Banyak juga yang dibuka, untuk kemudian, tenggelam atau hadir pada momen tertentu, seperti hari ulang tahun daerah atau suksesi kepala daerah.
Lalu, setahun kemudian, saya bertemu dengan teman saya itu dan saya katakan, koran Media Jambi, sudah berumur satu tahun dan selama satu tahun itu, rutin terbit setiap hari Senin tanpa berhenti. Dia melongo, dan tak menyangka kalau kata-katanya begitu berkesan di hati saya. “Ha, saya hanya main-main saja waktu itu, “ katanya mencoba berkelit. Begitu terus, setiap tahun, sampai dia dan saya bosan sendiri.
Tapi saya tegaskan kepada teman saya itu, bahwa kata-katanya itulah yang mendorong kami bertahan membangun koran ini, disamping memang keinginan kami untuk maju. Kata-katanya telah menjadi tantangan buat kami kami ingin membuktikan bahwa bila dikelola dengan baik, berbekal pengalaman jurnalistik yang cukup, manajemen yang jelas, dengan niat dan tujuan yang benar, doa yang tak pernah putus kepada Allah SWT, dengan profesionalisme, dengan kejujuran serta kesungguhan hati, kebersamaan, dan berdiri diatas kaidah jurnalistik yang benar, maka koran ini akan bisa bertahan.
Dan, kini delapan tahun sudah Media Jambi hadir dengan edisi penerbitan yang sudah mencapai angka 396 kali terbit. Selama delapan tahun itu kami berusaha keras untuk tetap rutin hadir, kecuali libur lebaran atau masalah teknis. Kami berharap, koran ini bisa tetap eksis, bahkan bisa berkembang lebih baik lagi, memberikan arti yang positif bagi negeri tercinta Jambi.
Saat ini kami baru melengkapi diri di dunia maya dengan blog di koranmediajambi.blogspot.com dan kami berharap kedepan bisa memiliki situs sendiri. Berbagai rencana kedepan tengah kami jajaki, dan kami mohon doa serta dukungan para pembaca sekalian. Kami berusaha untuk terus belajar dan memperbaiki kualitas koran ini. Kami sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah ikut mendirikan dan membesarkan Media Jambi, dan kami juga meminta maaf apabila selama ini ada hal-hal yang tidak berkenan di hati pembaca dan pelanggan setia kami. Terima Kasih…. (Fitriani Ulinda, Pemred Media Jambi)

Sewindu Koran Media Jambi

Pelanggan Setia Bicara

TANGGAL 29 Juli 2010 ini, Koran Media Jambi genap berusia 8 (delapan) tahun atau genap sewindu. Suatu perjalanan cukup panjang bagi sebuah koran lokal yang notabene bermodal minim. Hanya karena Allah Swt dan dukungan moral serta material yang luar biasa dari para pembaca dan relasilah, membuat kami bisa bertahan hingga kini. Lalu, mengapa mereka begitu setia “mengawal” kami selama bertahun-tahun tahun. Berikut komentar sebagian dari mereka.

Drs H Hasan Basri Agus, MM


“Harus Tetap Kritis”

DIALAH satu-satunya kepala daerah yang mau datang ke kantor koran kecil ini. Pasca dilantik menjadi Bupati Sarolangun tanggal 31 Juli 2006, tak lama, tepatnya, tanggal 23 Agustus, bang Hasan berkunjung ke kantor Media Jambi, di Jalan Otista Jambi. Sejak menjabat Sekda Kota Jambi hingga kini, Gubernur Jambi terpilih periode 2010-2015 lewat Pemilu Kada 19 Juni lalu, selalu mensuport kami.
Menurutnya, informasi yang disajikan Media Jambi lebih mendalam ketimbang koran harian karena memiliki jeda waktu untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya. HBA mengaku selalu berusaha menyempatkan diri membaca koran ini, untuk lebih memahami persoalan rakyat. Sebagai Koran mingguan Media Jambi jangan patah semangat ditengah menjamurnya koran-koran harian di Provinsi Jambi. Sebab ada informasi yang tidak di dapat di koran harian ada di koran mingguan. Ambil contoh Majalah Tempo terbitnya juga seminggu sekali, namun pembaca tetap mencari, begitu juga halnya dengan Media Jambi. Saya berharap Media Jambi tetap kritis dan jeli melihat kinerja pemerintah. Sehingga apapun yang dikerjakan oleh pemerintah dapat diinformasikan kepada rakyat. Apalagi dengan telah berlakunya Undang-Undang 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP).(mas)

Syarahsadin


Perkuat Berita Pertanian

PEJABAT daerah yang setia membaca Media Jambi, Kepala Bappeda Sarolangun inilah salah satunya. Hampir tujuh tahun lamanya, dia tidak pernah berhenti berlangganan Media Jambi, dan menjadikan media ini, sumber informasi. Dia mengaku salut dengan koran Media Jambi, karena sejak lahirnya hingga kini tetap eksis. Meskipun mingguan, informasi yang disajikan tak kalah menarik, memberi warna serta mempunyai visi yang jelas. Bagi saya, koran yang baik itu tentunya mempunyai visi yang jelas dan koran ini condong ke berita ekonomi, pertanian yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Harapan saya, koran Media Jambi menjadi harian dan tetap mempertahankan visinya, menjadi koran yang khusus bicara soal Pertanian. Tapi, Media Jambi jangan ikut-ikutan bicara politik seperti media lain. Itu tidak ada bedanya dengan koran lain. Jikalau pun harus, angkatlah politik pertanian karena itu sangat dibutuhkan masyarakat saat ini. Itu baru bisa mewarnai.(gtt)

Radesman Saragih


“Harus Lebih Berani”

WARTAWAN Suara Pembaharuan Jambi ini, termasuk pembaca dan pengkritik setia Koran Mingguan Media Jambi. Sejak edisi pertama terbit hingga saat ini, dia selalu mengikuti berita-berita maupun mengkritisi isi koran. Katanya, dari segi isi dan penyajian cukup bagus, informasi untuk kepentingan rakyat luas. Seperti ada halaman ekonomi, usaha dan bisnis dan lain-lain. Diakui isi terkadang terlalu pedas sehingga bisa membuat telingga panas. Namun dibalik itu semua ada solusi yang diberikan. Jadi kritikannya yang disajikan sifatnya untuk kepentingan rakyat banyak. Sebagai pembaca setia, Media Jambi sudah harus memiliki keberanian untuk berpromosi. Sehingga dapat dikenal hingga kepelosok daerah dan kalau bisa harus menjadi harian, sebagai kompetitor koran lain. Memang diakui untuk mempromosikan sebuah produk itu perlu pengorbanan, namun tidak salah kalau di coba.(mas)

M Taufik RH, SE


Koran Punya Jambi

SEBAGAI Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Jambi, dia tahu benar arti dan peran sebuah koran daerah. Dia tidak alergi terhadap kritikan, hanya saja, dia menuntut adanya solusi. Dia juga cukup peduli terhadap kemajuan koran lokal di daerah, lewat kebijakan-kebijakannya. Di matanya, Media Jambi merupakan surat kabar terbitan lokal yang dimiliki putra daerah. Boleh dikatakan koran punya daerah Jambi. Dalam penyajian informasi yang diterbitkan, koran mingguan ini memiliki wawasan dan sifatnya membangun. Hal ini positif untuk pembangunan daerah. Lagipula, dalam penulisan, berita-berita yang diterbitkan Media Jambi, betul – betul akurat Ada dua harapan saya terhadap koran Media Jambi. Pertama, menjadi koran harian kemudian meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan wawasan wartawannya. Mengapa demikian, pesatnya laju pertumbuhan pembangunan daerah membutuhkan wartawan yang berkualitas dan berwawasan luas dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.(gtt)

Ir Dede Martino, MP


Tampil Lebih Elegan

SEKRETARIS Program Wirausaha Unja ini adalah pembaca dan narasumber yang setia. Setiap ada karya penelitian yang dihasilkannya, dia selalu “melapor” ke Media Jambi, seperti saat dia menghasilkan alat pendeteksi pupuk, mesin penghancur sampah, alat membatik, dan lainnya “profesor” satu ini selalu menjadikan Media Jambi, pengekspos pertama. Dia berharap Media Jambi lebih maju dan dapat berkembang lebih pesat lagi, dalam menyajikan informasi-informasi yang lebih akurat dan aktual. Sehingga dapat menjadi bahan bacaan alternatif di tengah serbuan koran-koran harian di Jambi dan menjamurnya media-media online yang menyajikan berita begitu cepat.
Dari segi isi dan kualitas cukup bagus. Namun format dan tampilan harus lebih elegan sehingga dapat menarik perhatian pembaca. Orang membaca koran bukan sekadar melihat isi tapi tampilan juga. Kemudian, satu hal yang perlu dipikirkan, bagaimana menarik perhatian sehingga kalau tidak membaca Media Jambi ada sesuatu yang belum pas. Kalau bisa ya Media Jambi menjadi harian.(mas)

Ir Armen Mara, Msi


Ada Ciri Khas

KALAU ada, pembaca yang mau bayar langsung langganan tanpa harus ditagih, dialah orangnya. Bahkan Ketua Jurusan Fakultas Pertanian Universitas Jambi ini rela datang ke kantor Media Jambi hanya untuk membayar uang langganan, minimal tiga bulan bahkan setahun langsung. Lalu ketika ditanya mengapa sampai saat ini dia setia membaca Media Jambi. Menurutnya, materi yang disajikan cukup lengkap dan menarik. Ada kelebihan Media Jambi ketimbang koran lain yakni dengan membaca satu koran sudah merangkum semua kejadian selama satu minggu. Selain itu Media Jambi memiliki ciri khas yang tidak didapat pada koran lain, yaitu adanya informasi tentang pertanian. Kedepan, Koran Media Jambi harus bisa masuk kekalangan akademis, terutama di Fakultas Pertanian. Karena ada informasi tentang harga komoditi pertanian yang disajikan cukup lengkap sebagai patokan. Koran Media Jambi merupakan bacaan bagi kalangan intelektual, bahasanya mudah dicerna dan dimengerti. Saya juga berharap ada kolom bagi kalangan akademis, untuk menuangkan pendapat atau buah pikirannya dalam bentuk opini.(mas)

Rakhmat Hidayat


Tampilkan Hal Berbeda

WARSI merupakan salah satu LSM yang setia berlangganan dan menjadi nara sumber bagi koran ini. Di mata Direktur Eksekutif KKI Warsi ini, Media Jambi bukan media Mainstream seperti kebanyakan, tetapi punya nilai khusus terutama kedalaman berita. Kemudian, Media Jambi tidak harus ikut arus berita dan mampu menampilkan sesuatu yang berbeda. Ketiga, Media Jambi tidak sekadar memberitakan berita, tetapi menganalisis secara mendalam berita yang ada. Secara khusus, untuk isu-isu lingkungan Media Jambi cukup kuat, termasuk isu demokratisasi. Di Media Jambi ada rubrik opini yang diisi orang-orang yang paham dengan Jambi. Hanya memang, ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Pertama, karena bukan harian tentunya harus punya rubrik khas. Sehingga para praktisi bisa mengirim tulisan khusus. Kedepan, Media Jambi harus menambah halaman. Kalaupun tidak rutin, namun disesuaikan dengan isu-isu terbaru. Terakhir saya tidak tahu, kok susah sekali searching di internet. Kalau bisa dilengkapi sehingga pembaca diluar daerah dapat terus mengikuti perkembangan dari Media Jambi. Selamat Ulang Tahun.(jun)

Asnawi Nasution


Bedakan News dan Opini

DIA tidak hanya pembaca yang setia, juga pelanggan yang baik sekaligus “penjaga” Media Jambi. Sejak awal Media Jambi terbit, mantan Ketua DPRD Provinsi Jambi dan anggota DPR-RI asal Jambi ini, sudah menjadi pembaca sekaligus narasumber setia. Dia juga kerap mengingatkan kami jikalau salah, atau informasi yang disajikan kurang bermutu. Agar Media Jambi bertahan, beberapa kali dia menantang untuk langsung membayar langganan koran langsung dimuka untuk satu tahun.
Ada beberapa catatan langsung untuk Media Jambi. Pertama, gambaran kemajuan Media Jambi akan terlihat dari keberanian Media Jambi dari mingguan menjadi harian. Itu yang saya harapkan. Dengan demikian, lebih banyak yang dapat dicover untuk kepentingan rakyat dan perubahan bagi masyarakat Jambi. Kedua, saya mengharapkan Media Jambi bisa menempatkan dirinya, mana yang opini mana yang news. Jangan dicampuradukkan. Walaupun sebenarnya, kedua masalah ini erat kaitannya dengan aktualitas, bagaimana berita tidak basi karena bersifat mingguan. Tetapi tolong dipisahkan betul karena tanggungjawabnya berbeda. Kita harapkan semuanya berjalan profesional mulai pimpinan hingga ke tingkat terbawah. Saya yakin Media Jambi bisa melakukannya. Saya do’akan Media Jambi lebih maju lagi dan selamat ulang tahun.(jun)

Selasa, 20 Juli 2010

Sarwadi, Perjuangkan Hak Tanah Petani


BAGI Sarwadi (39), kepemilikan tanah adalah harga mati bagi petani. Minimnya lahan yang dimiliki petani membuat gundah suami Bariah ini. Jambi, menurutnya surga bagi investor yang menanamkan modalnya di bidang perkebunan dan pertanian. Namun tetap saja, petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam, sekedar menghidupi anak dan keluarganya. Diperparah, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kerap mengabaikan keberadaan petani. Beragam persoalan inilah yang kemudian membuat pria kelahiran Purworejo, 1 Juli 1971 ini bertekad memperjuangkan petani memperoleh hak-hak atas tanah. Melalui wadah Serikat Pekerja Indonesia Jambi.

Berasal dari keluarga sederhana dan memiliki tekad kuat, membuat Sarwadi dipercaya memimpin SPI Jambi sejak 1998. Membawahi sekitar empat ribu petani dari enam kabupaten, pria berkumis tipis ini bertekad memperjuangkan persamaan hak dan kesempatan bagi petani. Terutama ditengah gencarnya investasi perkebunan dan tekanan politis yang ada.

Apa saja yang sudah dan akan dilakukan ayah Jumratul Qomariah, Bondan dan Ragil Adha Agraria ini ? apa tujuan akhir dari perjuangannya beserta ribuan petani yang lain ? Berikut bincang-bincang Media Jambi dengan ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Jambi ini, Sabtu (17/7).

Apa yang melatarbelakangi Anda bergabung di SPI ?

Petani harus pintar dan mau diorganisir. Mereka harus berbenah diri menghadapi setiap perubahan. Selama ini petani hanya dijadikan alat kekuasaan dan komoditas politik tertentu. Sementara hak-hak mereka justru diabaikan. Karenanya, saya tergerak memimpin SPI Jambi melalui Kongres I Se Indonesia tahun 1998. Alhamdulillah, saat ini mewadahi sekitar 4 ribu petani dari enam kabupaten di Provinsi Jambi.

Apa perjuangan utama SPI ?
Ada lima misi SPI. Yang utama, bagaimana mendesak pemerintah agar petani sesuai amanat Undang-undang 1945 memperoleh hak yang sama, untuk bercocok tanam. Sekarang inikan kepemilikan tanah sangat timpang. 70 persen dari petani tidak punya tanah. Apalagi, Presiden SBY sudah mewacanakan akan membagikan 9,5 juta hektar tanah untuk petani. Tapi di Jambi sendiri belum ada realisasinya.

Upaya apa yang Anda lakukan selama ini ?

Dua cara dan pendekatan yang SPI lakukan. Yaitu menekan kebijakan melalui land reform dan cara kedua, land reform melalui tekanan masyarakat. Jadi, masyarakat membagi-bagi tanah sendiri yang memang secara aturan bisa dimiliki pada petani dengan batasan waktu tertentu. Lalu bagaimana penataan perekonomian desa yang berkeadilan. Istilah prajurit bersenjata semua. Petani juga harus punya lahan sebagai senjatanya. Kalau ketahanan pangan ditangan petani, sudah pasti negara aman.

Berhasilkan upaya Anda ?
Alhamdulillah. Kami berencana mereclaiming (merebut) 45 ribu hektar lahan di beberapa tempat. Dari jumlah itu, 15 ribu hektar di Merangin dan Batanghari sudah berhasil dikuasai petani untuk areal bercocok tanam. Walaupun untuk itu rintangannya tidak sedikit. Kami bahkan dianggap organisasi terlarang. Karena kerjaannya cuma merebut lahan. Tapi bagi kami hal yang wajar. Masak iya, kita harus tertindas di daerah sendiri karena Pemerintah lebih pro investasi. Mengatasnamakan pembangunan dengan mengabaikan para petani.

Upaya lain yang Anda dilakukan ?
Kami terus melakukan aksi di kabupaten, Provinsi, nasional bahkan Internasional. Karena memang, SPI merupakan bagian dari perkumpulan petani internasional, Lavia Campecina yang kini berkantor di Jakarta. Sebelumnya di Honduras, Amerika Latin.

Aktivitas apa saja Anda ikuti dalam rangkaian SPI ?
Ada beberapa kegiatan yang diikuti untuk menunjang perjuangan kami. Selain meminta dukungan dari masyarakat nasional dan internasional. Diantaranya konfrensi keilmuan di Kuala Lumpur, Malaysia. Tolak liberalisasi pertanian di Hongkong, bahkan aksi menolak REDD di Polandia. Semua saya lakukan agar kedaulatan petani tidak diombang-ambingkan.

Selama ini, bagaimana dukungan dewan dan Pemerintah Daerah terhadap perjuangan SPI ?
Intinya, mereka tidak terlalu berani mendukung perjuangan kami. Bahkan sama sekali tidak ada perhatian. Karena mereka lebih pro investasi. Pro pada pengusaha luar yang ingin memanfaatkan lahan di Jambi. Apa yang kami lakukan masih dianggap sebelah mata. Karenanya petani harus pintar. Harus mau diorganisir dan selalu berbenah diri menghadapi tiap gejolak dan perubahan pemerintahan yang ada. Kita akan terus berjuang bersama para petani dari tempat lain. (junaidi)

Elliya Rosanita, SH, Tak Ingin Ada Kemiskinan


ELLIYA Rosanita pernah mengatakan bahwa banyak hal yang ingin dia perjuangkan untuk masyarakat Kota Jambi. Setidaknya jika terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DRPD) Kota Jambi, ibu empat anak itu akan meneruskan keluhan dan aspirasi masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Turut mendorong terciptanya kehidupan yang sejahtera dan merata dimasa mendatang.
Selain itu, dia pun berkomitmen untuk memajukan dunia pendidikan dan kesehatan di bumi Tanah Pilih Pesako Betuah. Pasalnya, kesejahteraan tidak bisa lahir begitu saja tanpa adanya peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat. Katanya hal itu saling berkaitan.
Kini, isteri dari H Aspan Effendi, S.KM, MKes itu telah duduk sebagai anggota DPRD Kota Jambi Periode 2009–2014 dari fraksi Partai Golkar. Komitmen itu tidak dilupakannya. Ia pun bergabung dalam komisi A bidang pemerintahan. Tiap agenda penting dewan dan pertemuan dengan pemerintah, aspirasi itu ia sampaikan. Tekadnya hanya satu, mendorong lahirnya kebijakan pemerintah yang pro rakyat sehingga terwujud masyarakat sejahtera, pintar dan sehat. Mantan Ketua KPPG Kota Jambi itupun berkeinginan memperjuangkan hak–hak wanita, kesetaraan gender, dsb.
Diakui ibu dari Pramdia widiasti, ST (29), Andri widarta, SP (27), dr Resta Elastri (24) dan Pandu Yoga Winata (14) bahwa untuk mewujudkan hal itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Apalagi dirinya satu diantara empat perempuan – komunitas kecil – yang perannya tidak signifikan didalam keorganisasian dewan. Namun itu bukan halangan baginya. Yang terpenting adalah usaha, kerja keras serta kualitas kerja.
Berikut petikan wawancara singkat dengan Elliya Rosanita belum lama ini.
Anda sudah duduk dianggota dewan, apa yang anda lakukan sekarang?
Banyak yang ingin saya lakukan dari dulu. Diantaranya menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan agar kelak mereka hidup sejahtera. Hal itu menjadi fokus saya, karena sampai hari ini persoalan kemiskinan masih menjadi momok yang menakutkan. Banyak warga hidup dibawah garis kemiskinan, sementara program-program pembangunan kerap tidak dirasakan masyarakat paling bawah. Sering terjadi mis informasi dan sebagainya. Perlu adanya upaya serius mendorong dan mengawal aspirasi agar pemerintah serius menangangi masalah kemiskinan. Juga perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan, sarana dan prasaran pendidikan serta kesehatan bagi masyarakat. Pemerintah harus pro aktif merancang program kearah yang lebih baik sehingga tidak ada lagi masyarakat yang “bodoh” dan tidak sehat.
Apa kendala yang anda hadapi?
Boleh dikatakan banyak kendala. Meskipun saya sudah berupaya sekeras mungkin memperjuangkan hal itu namun memang tidak mudah mewujudkannya. Banyak proses yang mesti dilalui, apalagi dewan merupakan lembaga politik. Tidak mudah meloloskan satu program bila yang lain tidak setuju.
Selain itu, peran perempuan kerap dianggap sebelah mata. Apalagi keterwakilan perempuan di lembaga wakil rakyat itu hanya berempat dari 45 orang. Tentunya perlu strategi khusus untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja dari berbagai latar belakang politik. Tapi sampai hari ini saya yakin, memperjuangkan kepetingan rakyat memang tidak mudah tapi kita punya visi yang sama untuk itu.
Barangkali yang perlu diperhatikan bagaimana cara kita agar dapat meyakinkan rekan-rekan kerja di dewan bahwa apa yang hendak diperjuangkan itu benar-benar untuk masyarakat. Bukan kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Dan saya pun berharap pemerintah memperhatikan aspirasi kami.
Harapan anda kedepan
Saya berharap dewan pro aktif menyerap aspirasi masyarakat dan memperjuangkan ke eksekutif. Pemerintah senantiasa melahirkan kebijakan yang pro rakyat. Dengan adanya kerjasama yang apik antara pemerintah dan dewan, saya yakin harapan masyarakat untuk hidup sejahtera, mendapatkan pendidikan yang bermutu dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bisa terwujud. (gtt)

Senin, 12 Juli 2010

Agus Widiatmoko, Eksplorasi Sejarah Jambi


AGUS Widiatmoko SS MM (42)—Arkeolog Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ( BP3) ini sangat bersemangat Mengungkap dan mengekplorasi sejarah Jambi yang belum tergali. Satu dari enam arkeolog ini menyatakan, Jambi pernah dianggap Magnet peradaban. Yang berhulu dari Bukit Barisan hingga ujung Pulau Sumatera.
Wilayah kerja pria kelahiran Kediri, 29 Juli 1968 ini cukup luas. Mencakup Bengkulu, Jambi, Palembang dan Bangka Belitung. Praktis, dalam keseharian dia berkutat dengan patung, artefak, candi, mata uang kuno maupun benda-benda yang tak dapat “bicara”. Namun mampu bercerita banyak tentang kehidupan dimasa lalu.
Tak jarang, ayah dua anak ini harus masuk ke tengah hutan atau daerah terpencil. Untuk menggali dan mempelajari beberapa temuan baru yang mengandung nilai sejarah. Bagaimana lika-liku perjalanan suami Dra Rusmeijani Setyorini ini? Berikut petikan bincang-bincang Media Jambi dengan Agus Widiatmoko di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Bagaimana peta sejarah di Jambi ?
Sejak awal ditugaskan di BP3 Jambi, hal pertama yang saya fikirkan bagaimana mengeksplorasi kepurbakalaan di Jambi. Mulai dari kawasan Muara Sabak seperti Lambur, Rantau Rasau dan Kota Kandis. Ditempat itu, ditemukan bekas situs pemukiman penduduk. Dimana adaptasi masyarakatnya terhadap budaya cukup tinggi. Ditambah, ditemukannya sisa perahu kuno, alat rumah tangga kuno yang mengindikasikan wilayah itu telah dihuni manusia dan merupakan daerah perdagangan. Selain pemukiman, juga ditemukan situs candi. Mulai Candi Sematang Gundung hingga kawasan paling luas yaitu Candi Muara Jambi.

Bagaimana pendapat Anda tentang Situs Muarajambi ?
Masih sedikit yang dieksplorasi dan penuh misteri. Hal yang belum terjawab diantaranya kapan situs ini berdiri ? Bagaimana proses pendiriannya? Karena dilihat dari luas, dibutuhkan intelektual yang sangat tinggi membangun daerah mencapai 2.062 hektar ini. Apalagi, ditemukan 82 reruntuhan candi dan artefak. Ini memperlihatkan kearifan orang-orang di zaman dulu dalam mengelola kawasan yang bebas banjir dibuktikan dengan kanal-kanal kuno sekitar candi.

Hingga kini, berapa banyak peninggalan sejarah yang terungkap?
Peninggalan sejarah abad ke-7 hingga abad 13 hampir semuanya pernah diteliti. Namun kosentrasi lebih lanjut pada Candi Muara Jambi karena dianggap belum semuanya dikaji. Umumnya masih berupa eksplorasi awal. Untuk bangunan kuno baru dipetakan. GPS baru dibuat titik koordinatnya. Beberapa bagian candi telah dipugar, seperti Candi Astano, Candi Kembar Batu, Candi Tinggi, Candi Tinggi 1,Candi Kumpung, Candi Gedong 1 dan Cabdi Gedong 2. Sebagian telah direnovasi, bagian candi yang rusak sudah direkontstruksi atau dipugar.

Apa langkah yang dilakukan untuk melestarikan situs yang ada ?
Saat ini, BP3 bekerjasama dengan Dinas PU telah melakukan pengerukan sungai akibat sedimentasi dan proses alam. Pembersihan sekitar kanal dari semak belukar dan rerumputan sebagai upaya untuk mengembalikan kembali fungsi kanal. Kanal ini juga dapat digunakan sebagai pengendali banjir bagi sekitar 500 kepala keluarga yang tinggal disekitar candi. Dengan terpeliharanya kanal, diharapkan keberadaan situs tidak tergerus proses perusakan alamiah.

Apa harapan Anda kedepan ?
Kita berharap, ada sinergisitas semua instansi. Mulai dari pusat hingga daerah. Langkah awal, menjadikan situs Muara Jambi sebagai warisan dunia Kementrian Pariwisata melalui Direktorat Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), an Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah melakukan work shop tahun 2009. Yang mengusulkan situs Muara Jambi sebagai world heritage dan masuk tentative list dan terdaftar sebagai situs peninggalan warisan budaya kepada UNESCO.

Bagaimana dengan dukungan pemerintah daerah ?
Pemerintah harus mempersiapkan infrastruktur sarana dan prasarana penunjang seperti akses menuju candi. Perlu master plan yang jelas. Saat ini dirasakan masih kurang perhatian pemerintah baik propinsi maupun kabupaten. Diantaranya belum ada perda yang menetapkan kawasan Candi Muara Jambi sebagai cagar budaya. Jika ingin mengusulkan Candi Muara Jambi sebagai warisan dunia harus dilindungi dengan perda. Aturan ini menjadi peta jalan (rule map) mulai dari unsur pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan percandian. Jika tidak ada aturan yang dijelas dikhawatirkan terdapat tumpang tindih aturan. Jadi harus ada payung hukumnya.(jun)