Senin, 20 September 2010

Ingin Mengembalikan Kejayaan Islam…


Agus Setyawan, SE.Ak


HANYA sedikit orang yang mengenal istilah Hizbut Tahrir. Padahal di Provinsi Jambi, beberapa masjid pada sholat Jum’at selalu diwarnai selebaran bulettin Al-Islam untuk jamaahnya. Sekilas, orang akan memandang HT sebatas organisasi kemasyarakatan layaknya Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah atau Front Pembebasan Islam (FPI). Siapa nyana, HT ternyata Partai Politik yang secara leksikal berarti Partai Pembebasan.

Cita-cita HT boleh jadi dianggap “aneh” oleh sebagian orang. Apalagi, kerap terjadi kesalah pahaman bahwa HT ingin mendirikan negara baru. Fenomena ini dijawab lugas Agus Setyawan, SE.Ak, yang bergabung sebagai Sekretaris sekaligus Humas DPD Hizbut Tahrir Provinsi Jambi dalam bincang-bincang dengan Media Jambi.

Dibalik bicaranya yang tegas dan bersemangat, terselip keinginan mulia. Pun ditengah kesibukannya sebagai Auditor BPK RI Perwakilan Jambi, Agus masih menyempatkan waktu mengisi pengajian dan diskusi publik. Apa, siapa dan bagaimana HT di Indonesia maupun provinsi Jambi ? berikut petikan wawancara dengan Agus Setyawan di kediamannya, Lorong Arizona Mayang Kota Jambi, Kamis malam (16/9) lalu.

Perkumpulan apa Hizbut Tahrir itu ?
Sebenarnya, Hizbut Tahrir (HT) adalah partai politik yang bercita-cita menerapkan Syariat Islam secara kaffah di Indonesia dan seluruh dunia. Secara leksikal, HT berarti Partai Pembebasan. Sebagai parpol tentu memiliki visi dan misi tertentu. Hanya saja, basis ideologis HT tidak diakomodir UU Parpol di Indonesia. Sehingga HT tidak ambil bagian dalam kancah perpolitikan di Indonesia.

Menurut HT, bagaimana sistem perpolitikan saat ini ?
Kita masih menganut demokrasi berlandaskan trias politika. Dimana hukum dibentuk lembaga negara. Ada banyak kelemahan pada sistem tersebut. Karenanya, kita melakukan kampanye secara masif untuk menjelaskan ajaran Islam yang utuh hingga tiap aktivitas masyarakat dan negara. Melalui rekrutmen, mengisi pengajian, Diskusi langsung, menerbitkan brosur, booklet, bulletin Al-Islam tiap Jum’at yang disebar di Masjid-masjid. Serta majalah dua bulanan yang diterbitkan serentak diseluruh Indonesia.

Apa bukan berarti HT ingin mendirikan negara baru ?
Inilah yang sering disalah artikan. Untuk membentuk tatanan masyarakat berlandaskan Islam, dibutuhan perangkat lain. Misal untuk melaksanakan hukuman bagi pezina yaitu hukum Rajam atau Qisas. Nah, bagaimana proses menghukum dan siapa yang melakukannya?. Tentu dibutuhkan saksi, pengadilan, hakim. Yang semuanya harus dibentuk oleh negara. Atau ketika negara menghadapi bahaya perang, siapa yang dapat menggerakkannya, tentu pemimpin.

Apa artinya semua itu ?

Artinya, khilafah (kepemimpinan) hanyalah perantaraan yang “harus terbentuk” jika memang semua masyarakat menginginkan lahirnya sistem pemerintahan yang berlandaskan Islam. Karena itu, kampanye yang kami lakukan lebih pada perubahan pemikiran ditengah masyarakat untuk bersama-sama memiliki keinginan yang kuat kembali pada ajaran Islam berlandaskan Al-qur’an, Sunnah dan Ijma ulama.

Apa dasar pemikiran HT ?
Kita ingat, kejayaan Khilafah Utsmaniyah tahun 1400 menguasai hampir seluruh Eropa. Ketika itu, orang akan tertawa jika ingin mengalahkan Islam. Namun sedikit demi sedikit selama 400 tahun terjadi perubahan. Satu persatu daerah Islam berjatuhan. Demikian pula kami. Memang, hasil yang akan kami nikmati bukan sekarang. Mungkin 50, bahkan 500 tahun. Namun jika tidak ada yang memulai, tidak akan ada hasil yang diharapkan.

Bagaimana tanggapan masyarakat, tokoh ulama dan tokoh adat di Jambi ?
Kedatangan kami masih disambut kok, bukan disambit (sambil tertawa). Sejujurnya, secara pribadi mereka setuju untuk menerapkan syariat dan hukum Islam dalam secara utuh. Namun masih ragu, jika ditanya tentang Khilafah (kepemimpinan) Islamiyah.

Apa harapan Anda?
Banyak yang tertawa. Zaman gini, kok cita-cita berharap pahala. Namun adanya keinginan pada tujuan perjuanganlah yang membuat kami bertahan. Untuk mengukurnya, siapa diantara kami yang paling lama bertahan, dialah yang memiliki cita-cita kuat. Apalagi, tantangannya sangatlah berat.

Bukankah sudah ada ulama, pencemarah dan kyai yang melakukannya ?
Benar. Kami sangat memberi apresiasi pada mereka yang telah melakukan dakwah setiap saat. Namun ingat, Islam tidak sebatas ibadah ritual yang menyangkut sholat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Ada banyak tatanan dalam masyarakat, maupun pelaksanaan hukum pidana dan tata negara yang jauh dari ajaran Rasulullah Saw. Kita ingin, Islam sebagai sebuah Agama mampu berdiri tegak seperti dizaman Rasulullah, para sahabat atau khalifah sesudahnya. Insya Allah (jun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar