Minggu, 14 November 2010

Drs Sahmin Batubara , Berkorban Haruslah Ikhlas………


BERBICARA dengan Uztadz Sahmin Batubara (46) ini sangat menyejukkan hati. Selain ramah orangnya mudah akrab dan semua jawaban mengalir lancar. Begitulah kesan pertama ketika Media Jambi bertandang kerumahnya di daerah Simpang Pulai Kota Jambi, Minggu (14/11). Dengan lancar dan bahasa yang santun dia menjawab semua pertanyaan termasuk tentang makna berkurban ditengah bencana yang banyak melanda Indonesia saat ini.

Menurut pria kelahiran Kota Nopan Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara 1964 silam ini, nilai berkorban sangat besar artinya. Terutama membantu saudara-saudara kita yang sedang kesusahan. Dicontohkannya pada korban bencana tsunami, gempa maupun tanah longsor yang banyak terjadi saat ini. “Memang kurban berlaku bagi orang Islam yang mampu. Seperti tertuang nyata dalam Surat Al Kautsar. Kandungan pokok isi surah ini adalah perintah melaksanakan sholat dan berkorban. Semata-mata mengharap ridho Allah. Apalagi, ditengah banyaknya kenikmatan yang kita terima,” jelasnya.

“Tapi kuncinya ikhlas dan bukan pamer agar dianggap orang mampu, tanda kutip ya, tapi bukan artinya semua orang seperti itu,” katanya berhati-hati. Kunci ibadah kurban, lanjutnya—adalah ikhlas. Karena keikhlasan itu pulalah, Nabi Ismail tidak jadi disembelih oleh ayahnya, Nabi Ibrahim. Sebaliknya, Allah menggantinya dengan seekor qibas atau kambing.

Jika kurban diwajibkan bagi orang yang mampu, lain halnya hukum membantu sesama yang sedang ditimpa kesusahan. “Itu wajib,” tegas ayah Rahmalina Batubara (17), Nur Muhammad Batubara (13), Hamid Muhammad Zuhal (12) dan Zahrodina (8) ini.

Diakuinya, masih ada pemahaman sebagian umat Islam bahwa dengan berkurban, maka hewan kurban akan membantu kita dan menjadi kendaraan kelak di akhirat. “Disamping itu, kita harus ingat anjuran Allah SWT. Tentang hablum Minannas dan Hablum Minallah. Kedua makna ini terkandung erat dalam ibadah kurban,” tambahnya.

Bakat ceramah
Terlahir sebagai anak keempat dari enam bersaudara pasangan Djamarlael Batubara (Alm) dan Salmiah Lubis (85), Sahmin sudah menunjukkan bakat sebagai penceramah sejak kecil. Apalagi, ketika seniornya Haviz (kini ulama besar di Medan) terus memberi motivasi agar bakat ini terus dikembangkan.

“Sekarang bang Haviz sudah menjadi ulama besar di Medan dan memiliki pesantren sendiri,” kenang Sahmin. Dalam bimbingan Havizlah, ketika masih di Madrasah Aliyah Musthofawiyah Purba Baru, Ia beberapa kali ikut dan memenangkan lomba pidato se-Provinsi Sumatera Utara untuk tingkat SLTA.

Prestasi sekolahnyapun cukup membanggakan. Di Tahun 1984, dia lulus dari Madrasah Aliyah mendapat ranking ke tujuh dari 1.200 murid MA Purba Baru. Yang menjadi persoalan ketika akan melanjutkan sekolah, Sahmin terbentur kepada kondisi orangtua yang tidak memungkinkan Ia bisa melanjutkan kuliah. “Ayah hanya berkata, sekarang kau sudah punya sayap terbanglah kemana mau pergi dan jadilah orang yang berguna,” kata suami Darlena (38) ini.

Berbekal uang Rp 60 ribu, dia berangkat ke Kota Jambi dan mendaftar di IAIN Sultan Thaha Syaifudin (STS) Jambi. Dengan bekal ilmu di pesantren, dia menghidupi diri dan membiayai kuliahnya dan tahun 1990 mendapat gelar S1 jurusan dakwah. “Saya juga pernah sambil kuliah mengajar ngaji anak-anak Prof H Sulaiman Abdullah – Ketua MUI Provinsi Jambi dan mantan Rektor IAIN STS Jambi-- dan disitulah hikmahnya saya banyak mendapatkan ilmu dari bapak Sulaiman. “Sambil mengajar mengaji saya juga banyak kesempatan belajar langsung dengan beliau,” ujarnya . Setamat S1, Sahmin sempat empat kali gagal mendaftar sebagai dosen di IAIN, tapi nasib mujur masih karena akhirnya lulus sebagai PNS dan mengajar di fakultas Ushuluddin tahun 1984 lalu.

“Pak Sulaiman rajin membaca dan memiliki banyak buku bacaan,” ujarnya bercerita. Dari sini pula, dia banyak mendapat kesempatan membaca berbagai referensi buku tentang Islam sambil belajar. Belajar dan terus belajar. Begitu prinsip yang diyakininya hingga kini. Sambil mengajar di IAIN STS dan STI Ma’arif, Sahmin melanjutkan kuliah S2 hingga mendapat gelar Magister Hukum Islam (MHI).

Saat ini, dia sedang melanjutkan kuliah S3 di UIN Jogyakarta dan tetap mengambil jurusan yang sama Hukum Islam. Disamping aktif sebagai Ketua Himpunan Seni Budaya Islam Provinsi Jambi (Hisbi) ini. “Sebagai seorang penceramah, haruslah mau mendengar melihat dan membaca, dan terus belajar” tukasnya mengakhiri bincang-bincang. (Novelwan Hutabarat)

2 komentar:

  1. saya memang mengenali beliau.begitu beliau menjadi idola saya sekeluarga.walau saya seorang anak rantau,tapi begitu beruntung semasa raya puasa lepas,saya dapat mendengar khutbah aidilfitri yang beliau sampaikan.begitu syahdu.saya ingin mencadangkan di sini supaya direkodkan setiap ceramah yang ustaz sahmin sampaikan dan di masukkan ke dalam you tube seperti yang dilakukan oleh allahyarham kh zainudin mz.atau di muatkan dalam blog.sekian dari saya.A.M.Lubis

    BalasHapus
  2. saya memang mengenali beliau.begitu beliau menjadi idola saya sekeluarga.walau saya seorang anak rantau,tapi begitu beruntung semasa raya puasa lepas,saya dapat mendengar khutbah aidilfitri yang beliau sampaikan.begitu syahdu.saya ingin mencadangkan di sini supaya direkodkan setiap ceramah yang ustaz sahmin sampaikan dan di masukkan ke dalam you tube seperti yang dilakukan oleh allahyarham kh zainudin mz.atau di muatkan dalam blog.sekian dari saya.A.M.Lubis

    BalasHapus