Senin, 30 Agustus 2010

Dr HM Nurung Lc, MAg


Perbaiki Kapasitas Da’i dan Masyarakat

SEMUA orang bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan disekitarnya. Setiap orang dapat pula menjadi da’i, dengan mengajak orang lain pada sesuatu yang baik atau lebih baik. Seperti itulah pernyataan yang disampaikan Dr HM Nurung Lc, M.Ag, ketua Pengurus Wilayah Ikatan Da’I Seluruh Indonesia (Ikadi) Provinsi Jambi menjawab Media Jambi, Senin (23/8) lalu.
Saat ditemui di ruang Pasca Sarjana IAIN STS Jambi, Ustad Nurung—demikian dia disapa rekan-ekannya tampak sudah mempersiapkan sejumlah materi yang akan dibahas bersama Media Jambi. Terkait aktivitasnya “mengawal” proses pemahaman beragama serta meningkatkan kapasitas da’i dan masyarakat.
Alumni Al-Azhar Kairo Mesir, IAIN Jakarta dan UIN Jakarta ini berpendapat, banyak hal harus segera dilakukan. Mengingat derasnya arus informasi yang sewaktu-waktu dapat menggerus akhlak dan moral masyarakat. Terutama generasi muda. Tantangan yang dihadapinyapun tidak sedikit. Mulai dari terbatasnya jumlah da’i hingga kesibukan yang harus dilakoninya sehari-hari.
Seperti apa Ustad Nurung menjalani hari-demi hari ?. Dan seberapa prihatinkah ketua prodi Pemikiran Agama dan Filsafat Islam Pasca Sarjana IAIN Jambi melihat fenomena kehidupan beragama khususnya di Provinsi Jambi. Berikut petikan bincang-bincang Media Jambi dengan suami dari Syarifah Masnaini Nur, S.Pdi ini :

Apa aktivitas nyata Ikadi Jambi ketengah masyarakat ?
Kita melakukan pelatihan bagi para da’i se Provinsi Jambi. Meningkatkan kapasitasnya agar mampu terjun ketengah masyarakat di semua level. Termasuk mengirim da’i ke daerah-daerah minus. Seperti ke Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Muarojambi.

Maksud daerah Minus ?
Maksudnya, daerah yang memiliki jumlah penduduk muslim cukup besar, namun hanya sedikit sekali orang yang mau mengajak orang lain kearah yang lebih baik. Atau, minim sekali dilakukan aktivitas ceramah dan pengajian di daerah itu. Turunnya da’i Ikadi sebagai bentuk tanggung jawab kita pada sesama saudara muslim. Seperti yang pernah dilakukan, mengirim Da’i ke pemukiman Suku Anak Dalam di Muarojambi.

Siapa saja yang disebut da’i ?
Adalah orang yang mengajak orang lain untuk berubah menjadi baik atau lebih baik. Da’i tidak identik dengan penceramah, dan tidak harus bisa ceramah. Jadi penceramah hanyalah bagian dari Da’i itu sendiri. siapa saja bisa menjadi da’i. Bahkan kepada teman, satu orang ke orang lain. Ada pesan dakwah yang disampaikan sudah disebut sebagai da’i. hanya saja, untuk memiliki kapasitas harus melalui melaui pelatihan untuk mengasah kemampuan.

Khusus di bulan Ramadhan, apa aktivitas yang dilakukan Ikadi ?
Kita melakukan Kajian Dhuha Ahad. Mengkaji ilmu agama setiap hari minggu. Membahas berbagai topik berbeda. Minggu pertama tema kontemporer. Yaitu hal-hal yang terjadi kekinian. Minggu kedua kajian fiqh, ketiga tafsir dan minggu keempat kajian keluarga. Kedua, melakukan I’tikaf bersama pada 10 hari terakhir ramadhan. Biasanya dilakukan pada malam hari karena sebagian peserta I’tikaf harus bekerja di siang hari. Peserta sebagian berasal dari mahasiswa dan kalangan umum. Lalu ada pula pelatihan khatib secara khusus dan seminar berbagai pokok permasalahan kekinian.

Bagaimana Anda melihat perbedaan yang terjadi dikalangan umat saat ini ?
Perbedaan pendapat justru menjadi khazanah (kekayaan) tersendiri bagi umat ini. Misi utama Ikadi, meminimalisir pertentangan dan menjadikan Islam Rahmatan lil’alamin. Tidak seperti yang digambarkan saat ini. Islam identik dengan terorisme. Pemahaman ini harus diperjelas dengan memberi pengertian pada generasi muda dan kaum muslimin pada umumnya.

Bagaimana Anda melihat kondisi kehidupan beragama saat ini, khususnya di Provinsi Jambi ?
Ada tiga hal yang harus dicermati. Pertama, perlu terus ditingkatkan kemampuan pemahaman agama, meningkatkan disisi pengamalan dan meminimalisir pertentangan. Karena perbedaan pendapat tidak akan menjadi masalah selama tidak menyangkut hal-hal yang prinsip.

Bagaimana dengan porsi pendidikan agama di sekolah-sekolah ?
Terus terang, porsi yang diberikan sangat tidak memadai. Pemerintah seharusnya memberi perhatian dan turut berkepentingan didalamnya. Karena baiknya moral akan berimbas pada kekokohan pembangunan. hal ketiga, orang tua juga perlu memberi perhatian lebih terhadap pendidikan agama di rumah tangga masing-masing.. semoga (jun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar